Monday, November 18, 2013

LAPORAN HASIL OBSERVASI


LAPORAN HASIL OBSERVASI 
MATA KULIAH 
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA SAWAH LUNTO








OLEH:
PRIPANJI SURYANALA
18500/2010



PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PADANG
2013
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kota Sawahlunto adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota yang terletak 95 km sebelah timur laut kota Padang ini, dikelilingi oleh 3 kabupaten di Sumatera Barat, yaitu kabupaten Tanah Datar, kabupaten Solok, dan kabupaten Sijunjung. Kota Sawahlunto memiliki luas 273,45 km² yang terdiri dari 4 kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 54.000 jiwa. Pada masa pemerintah Hindia-Belanda, kota Sawalunto dikenal sebagai kota tambang batu bara. Kota ini sempat mati, setelah penambangan batu bara dihentikan.
Saat ini kota Sawahlunto berkembang menjadi kota wisata tua yang multi etnik, sehingga menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia. Di kota yang didirikan pada tahun 1888 ini, banyak berdiri bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda. Sebagian telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah setempat dalam rangka mendorong pariwisata dan mencanangkan Sawahlunto menjadi "Kota Wisata Tambang yang Berbudaya".
Nama Sawahlunto menurut legenda yang ada berasal dari kata "sawah" dan "lunto". Jauh sebelum kedatangan Belanda, di kawasan ini terdapat sawah-sawah yang ditumbuhi oleh pepohonan yang belum diketahui namanya. Jika ada yang menanyakan nama pohon tersebut, akan dijawab alun tau yang lama-kelamaan berubah tutur menjadi "lunto", sebutan dalam bahasa Minangkabau yang berarti "tidak tahu".
Sejarah dijadikannya Sawahlunto sebagai kota sendiri terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa geolog asal Belanda ke pedaman Minangkabau (saat itu dikenal sebagai Dataran Tinggi Padang), sebagaimana yang ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda. Penelitian pertama dilakukan oleh Ir. C. De Groot van Embden pada tahun 1858, kemudian dilanjutkan oleh Ir. Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867. Dalam penelitian De Greve, diketahui bahwa terdapat 200 juta ton batu bara yang terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin, salah satu sungai yang ada di Sawahlunto. Sejak penelitian tersebut diumumkan ke Batavia pada tahun 1870, pemerintah Hindia-Belanda mulai merencanakan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat memudahkan eksploitasi batu bara di Sawahlunto. Selanjutnya Sawahlunto juga dijadikan sebagai kota pada tahun 1888, tepatnya pada tanggal 1 Desember yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto.
Kota ini mulai memproduksi batu bara sejak tahun 1892. Seiring dengan itu, kota ini mulai menjadi kawasan pemukiman pekerja tambang, dan terus berkembang menjadi sebuah kota kecil dengan penduduk yang intinya adalah pegawai dan pekerja tambang. Sampai tahun 1898, usaha tambang di Sawahlunto masih mengandalkan narapaidana yang dipaksa bekerja untuk menambang dan dibayar dengan harga murah. Pada tahun 1889, pemerintah Hindia-Belanda mulai membangun jalur kereta api menuju Kota Padang untuk memudahkan pengangkutan batu bara keluar dari Kota Sawahlunto. Jalur kereta api tersebut mencapai Kota Sawahlunto pada tahun 1894, sehingga sejak angkutan kereta api muali dioperasikan produksi batu bara di kota ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai ratusan ribu ton per tahun.
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil penelitian yang kami dapat langsung dari hasil wawancara terhadap salah narasumber Bapak H. Mardius dan Ibu Hj. Syafrida di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto, peneliti mencoba mengidentifikasi masalah-masalah yang akan diteliti berdasarkan bidang kajian Ilmu Kependudukan dan Linkungan hidup yaitu sebagai berikut :
Ø  Demografi
·         Struktur penduduk menurut kelompok umur, mata pencaharian,dan pendidikan, di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto
·         Tingkat kematian di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto
·         Angka kerja produktif di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto
Ø  Ekonomi
·         Kesempatan kerja di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto
·         Tingkat pendapatan penduduk di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto
·         Sarana dan prasarana perekonomian di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto
·         Penguasaan SDA
Ø  Budaya
·         Adat istiadat di Kota Sawahlunto
·         Agama di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto
·         Kehidupan Kelompok organisasi di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana gambaran Demografi di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto ?
2.      Bagaimana tingakat kesejahteraan warga dari segi ekonomi di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto ?
3.      Bagimana keharmonisan warga dilihat dari terdapatnya perbedaan kebudayaan di Kota Sawahlunto dan di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto ?
D.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan tujan darai penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana kehidupan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup di Kota Sawahlunto. Serta memenuhi kewajiban saya dalam mendapatkan nilai dalam bidang Studi Kependudukan Dan Lingkungan Hidup.







BAB II
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Temuan Penelitian
1.      Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Kota Sawahlunto adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota yang terletak 95 km sebelah timur laut kota Padang ini, dikelilingi oleh 3 kabupaten di Sumatera Barat, yaitu kabupaten Tanah Datar, kabupaten Solok, dan kabupaten Sijunjung. Kota Sawahlunto memiliki luas 273,45 km² yang terdiri dari 4 kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 54.000 jiwa. Pada masa pemerintah Hindia-Belanda, kota Sawalunto dikenal sebagai kota tambang batu bara. Kota ini sempat mati, setelah penambangan batu bara dihentikan.
Saat ini kota Sawahlunto berkembang menjadi kota wisata tua yang multi etnik, sehingga menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia. Di kota yang didirikan pada tahun 1888 ini, banyak berdiri bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda. Sebagian telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah setempat dalam rangka mendorong pariwisata dan mencanangkan Sawahlunto menjadi "Kota Wisata Tambang yang Berbudaya".
a.      Sejarah kota sawahlunto
Nama Sawahlunto menurut legenda yang ada berasal dari kata "sawah" dan "lunto". Jauh sebelum kedatangan Belanda, di kawasan ini terdapat sawah-sawah yang ditumbuhi oleh pepohonan yang belum diketahui namanya. Jika ada yang menanyakan nama pohon tersebut, akan dijawab alun tau yang lama-kelamaan berubah tutur menjadi "lunto", sebutan dalam bahasa Minangkabau yang berarti "tidak tahu".
Sejarah dijadikannya Sawahlunto sebagai kota sendiri terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa geolog asal Belanda ke pedaman Minangkabau (saat itu dikenal sebagai Dataran Tinggi Padang), sebagaimana yang ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda. Penelitian pertama dilakukan oleh Ir. C. De Groot van Embden pada tahun 1858, kemudian dilanjutkan oleh Ir. Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867. Dalam penelitian De Greve, diketahui bahwa terdapat 200 juta ton batu bara yang terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin, salah satu sungai yang ada di Sawahlunto. Sejak penelitian tersebut diumumkan ke Batavia pada tahun 1870, pemerintah Hindia-Belanda mulai merencanakan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat memudahkan eksploitasi batu bara di Sawahlunto. Selanjutnya Sawahlunto juga dijadikan sebagai kota pada tahun 1888, tepatnya pada tanggal 1 Desember yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto.
.Jumlah penduduk kota Sawahlunto mengalami penurunan yang sangat tajam sejak merosotnya produksi batu bara di kota ini pada tahun 1940, dari 43.576 orang pada tahun 1930 menjadi 13.561 orang pada tahun 1980. Kemudian secara perlahan, jumlah penduduk kota ini meningkat pada tahun 1990, sejalan dengan kembali pulihnya produksi batu bara sejak tahun 1980.
Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan jumlah penduduk kota Sawahlunto mengalami peningkatan, dari sebelumnya 54.310 orang pada tahun 2008 menjadi 56.812 orang. Kecamatan Talawi merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak, yaitu 17.676 orang atau sekitar 31,11% dari jumlah penduduk kota Sawahlunto. Kepadatan penduduk kota Sawahlunto pada tahun 2010 adalah 238 orang per km², dimana kecamatan Lembah Segar adalah kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya yaitu 431 orang per km². Sedangkan rasio jenis kelamin penduduk kota Sawahlunto adalah 98, yang artinya jumlah penduduk laki-laki 2% lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan.
Penduduk kota Sawahlunto saat ini didominasi oleh kelompok etnik Minangkabau dan Jawa. Etnik lain yang juga menjadi penghuni adalah Tionghoa dan Batak. Sejak dijadikannya Sawahlunto sebagai kota tambang batu bara atau sejak didirikannya kota ini pada abad ke-19, pemerintah Hindia-Belanda mulai mengirim narapidana dari berbagai penjara di Indonesia ke kota Sawahlunto sebagai pekerja paksa, sehingga sekitar 20.000 narapidana telah dikapalkan ke Sawahlunto. Pekerja paksa inilah yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Orang Rantai.
2.      Hasil Penelitian
Adminisrtasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependuduka melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor-sektor tertentu. Selain itu kita harus tahu apa pengertian penduduk yaitu warga negara indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di indonesia atau suatu tempat.
Sebelum melakukan penelitian kita harus tahu apa itu lingkungan hidup, pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya yang memepengaruhi alam itu sendiri,, kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Dalam penelitian ini saya akan meneliti tentang :
- Demografi
- Ekonomi
- Budaya

a.       lokasi
Lokasi tempat saya melkakukan observasi atau penelitian yaitu di kecamatan barangin, kelurahan saringan di kota sawahlunto, observasi tersebut dilakukan pada hari sabtu, tanggal 25 mei 2013

b.      prosedur
Adapun prosedur yang dilakukan pada saat pengambilan data yaitu dengan cara sebagai berikut :
1.      Teknik observasi (pengamatan)
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan hasil deskripsi secara umum mengenai keadaan atau kondisi lokasi yang diamati saat penelitian berlangsung.
2.      Teknik interview (wawancara)
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data primer maka menggunakan teknik wawancara. Wawancara yang pelaksanaan nya dilakukan seccara bebas dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan tebuka dengan nara sumber, yang dalam hal ini adalah masyarakat kota sawahlunto.

c.       hasil penelitian
Kota sawahlunto dikenal sebagai kota tambang dengan luas wilayah 27.345 Ha, secara administrasi terdiri dari 4 kecamatan, 10 kelurahan, dan 27 desa. Jarak dari kota sawahlunto ke kota padang yaitu 95 km yang dapat dicapai melalui  jalan darat dalam kondisi baik dalam waktu tempuh 2 jam dengna kendraan roda empat, dari luas wilayahya, yang terluas adalah kecamatan talawi dengan luas 9.939 Ha, disusul dengan kecamatan barangin 8.854 Ha, kecamatan lembah segar 5,528 Ha, dan terkhrir kecamatan silungkang dengan luas 3.293 Ha.
Berikut ini hasil observasi dan wawancara dengan narasumber bapak H.mardius dan, ibu Hj.syafrida, dikacamatan barangin, kelurahan barangin kota sawahlunto,, di rangkum di bawah ini:

1.      DEMOGRAFI
a)      Kecamatan barangin,, kelurahan saringan mempunyai penduduk ± 600 jiwa, dengan kelompok umru remaja keatas sampai dengan pensiunan, dikecamatan ini angka kelahiran sedikit sekali oleh karena itu kecamatan ini di dominasi oleh remaja sampai pensiunan baik itu PNS ataupun pekerja tambang.
b)      Mata pencarian penduduk di daerah ini adalah PNS (pegawai negeri sipil) dengan persentase 40% diantaranya 30% masih aktif sedangkan 10% lagi adalah pensiunan. Selain itu mata pencarian penduduk kecamatan barangin  yaitu 50% dari pegawai perusahaan tambang dan 10% dari petani cokelat dan karet
c)      Tingkat pendidikan di keccamatan barangin, kelurahan saringan mayoritas nya dalah tamatan dari sekolah menegah atas (SMA), tamatan SMA lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan lebih tinggi tingkat penghasilan nya dibandingkan tamatan sekolah dasar (SD) dan SMP
d)     Dikecamatan barangin,, kelurahan saringan tingkat kematiannya lebih tinggi dari pada tingkat kelahran bayikarena banyak masyarakat atau warganya yang pergi merantau dan berkeluarga di sana atau temat dia marantau tersebut.
e)      Angkatan kerja produktif di kecamatan barangin, kelurahan saringan ini dimulai dari umur 21 tahun sampai 50 tahun, dengan syarat profesi keahlian dan senioritas, misalnya di perusahaan tambang yang mana perkerjaan dilihat dari ijazahnya dan sisem senioritas.


2.      EKONOMI
a)      Dalam mendapatkan atau mencari kerja, kesempatan kerjanya sama jasa, artinya siapapun dapat kesempatan untuk bekerja, sehingga tingkat pengangguran rendah.
b)      Tingkat pendapatan penduduk dikelurahan saringan dibagi menurut tingkat pendudukan seperti berikut :
-          SD =Rp  40.000/hari – 1.000.000/bulan
-          SMP – SLTA = Rp 1.750.000/bulan
-          SLTA keatas = lebih tinggi dari ± Rp 2.000.000
c)      Sarana dan prasarana perekonomian bersifat ulayat atau hak milik seperti perusahaan adalah hak pakai dan wajib mendapatkan ganti rugi atas apa yang terjadi pada perusahaan tersebut. Ini berlaku di daerah talawi desa sijantung. Lahan pertanian juga adalah hak pakai. Aturan hak pakai ini berlaku sama terhadap siapapun baik masyarakat maupun swasta.
d)     Penguasaan SDA, seperti tambang batu bara, yang didalamnya dikuasai oleh pribumi namun memiliki tenaga ahli dari luar negeri yang berdomisili di sawah lunto, perusahaan tambang ini lebih mengutamakan masyarakat setempat, SDA juga dijadikan tempat wisata oleh pemerintah kota sawahlunto seperti lubang mbah suro.
e)      Sarana perekomnomian seperti pasar terletak di silungkang, pasar indrasapan, talawi, kecamatan talawi, dsini juga ada sarana perbankan seperti BRI, BNI, Bnak nagari, dan BPR mandiri, namun untuk saat ini Bank BCA belum ada.

3.      BUDAYA
a)      Adat istiadat di sawah lunto seperti di wilayah nagari memakai adat minang yang mempunyai banyak suku. Tapi di sini juga hidup masyarakat non muslim, jawa dan batak. Namun dengan keanekaragaman tsb ,asyrakatnya bisa hidup damai serta sejahtera tanpa membeda-bedakan antara satu sama lain.
b)      Di kelurahan saringan mayorias agama adalah islam, dan hanya 2 kepalah keluarga beragama kristen, meskipun begitu tidak pernah ada konflik dan hidup saling mengharga dan toleransi. Tempa ibadah umat kristen ada dikelurahan pasar remaja.
c)      Di kelurahan saringan ini, kelompok organisasinya saling mendukung, saling toleransi. Dan hubungan antara masing masing organisasi berjalan dengan baik, setiap malam minggu diadakan acara kesenian tradisional mesyarakat di lapangan segitiga dan didanai oleh pemerintah kota.









0 comments:

Post a Comment