LAPORAN HASIL OBSERVASI
MATA KULIAH
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA SAWAH LUNTO
OLEH:
PRIPANJI SURYANALA
18500/2010
PRODI ILMU
ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU
SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Sawahlunto adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota yang
terletak 95 km sebelah timur laut kota Padang ini,
dikelilingi oleh 3 kabupaten di Sumatera
Barat, yaitu kabupaten Tanah Datar, kabupaten Solok, dan kabupaten Sijunjung. Kota Sawahlunto memiliki luas 273,45 km² yang
terdiri dari 4 kecamatan dengan
jumlah penduduk lebih dari 54.000 jiwa. Pada masa pemerintah Hindia-Belanda, kota
Sawalunto dikenal sebagai kota tambang batu bara. Kota ini
sempat mati, setelah penambangan batu bara dihentikan.
Saat ini
kota Sawahlunto berkembang menjadi kota wisata tua yang multi etnik, sehingga
menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia. Di kota
yang didirikan pada tahun 1888 ini, banyak
berdiri bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda. Sebagian
telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh
pemerintah setempat dalam rangka mendorong pariwisata dan mencanangkan
Sawahlunto menjadi "Kota Wisata Tambang yang Berbudaya".
Nama
Sawahlunto menurut legenda yang ada berasal dari kata "sawah" dan
"lunto". Jauh sebelum kedatangan Belanda, di kawasan
ini terdapat sawah-sawah yang
ditumbuhi oleh pepohonan yang belum
diketahui namanya. Jika ada yang menanyakan nama pohon tersebut, akan dijawab alun
tau yang lama-kelamaan berubah tutur menjadi "lunto", sebutan
dalam bahasa Minangkabau yang berarti "tidak tahu".
Sejarah
dijadikannya Sawahlunto sebagai kota sendiri terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa geolog asal
Belanda ke pedaman
Minangkabau (saat itu dikenal sebagai Dataran Tinggi Padang), sebagaimana yang ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda. Penelitian
pertama dilakukan oleh Ir. C. De Groot van Embden pada tahun 1858, kemudian
dilanjutkan oleh Ir. Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867. Dalam penelitian
De Greve, diketahui bahwa terdapat 200 juta ton batu bara yang
terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin, salah satu
sungai yang ada di
Sawahlunto. Sejak penelitian tersebut diumumkan ke Batavia pada tahun
1870, pemerintah Hindia-Belanda mulai
merencanakan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat memudahkan eksploitasi
batu bara di Sawahlunto. Selanjutnya Sawahlunto juga dijadikan sebagai kota
pada tahun 1888, tepatnya pada tanggal 1 Desember yang
kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto.
Kota ini
mulai memproduksi batu bara sejak tahun 1892. Seiring dengan itu, kota ini
mulai menjadi kawasan pemukiman pekerja tambang, dan terus berkembang menjadi sebuah
kota kecil dengan penduduk yang intinya adalah pegawai dan pekerja tambang.
Sampai tahun 1898, usaha tambang di Sawahlunto masih mengandalkan narapaidana
yang dipaksa bekerja untuk menambang dan dibayar dengan harga murah. Pada tahun
1889, pemerintah Hindia-Belanda mulai membangun jalur kereta api menuju Kota Padang untuk
memudahkan pengangkutan batu bara keluar dari Kota Sawahlunto. Jalur kereta api
tersebut mencapai Kota Sawahlunto pada tahun 1894, sehingga sejak angkutan
kereta api muali dioperasikan produksi batu bara di kota ini terus mengalami
peningkatan hingga mencapai ratusan ribu ton per tahun.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan hasil penelitian yang
kami dapat langsung dari hasil wawancara terhadap salah narasumber Bapak H.
Mardius dan Ibu Hj. Syafrida di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota
Sawahlunto, peneliti mencoba mengidentifikasi masalah-masalah yang akan
diteliti berdasarkan bidang kajian Ilmu Kependudukan dan Linkungan hidup yaitu
sebagai berikut :
Ø Demografi
·
Struktur penduduk menurut kelompok umur, mata
pencaharian,dan pendidikan, di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota
Sawahlunto
·
Tingkat kematian di Kecamatan Baringin Kelurahan
Baringin Kota Sawahlunto
·
Angka kerja produktif di Kecamatan Baringin Kelurahan
Baringin Kota Sawahlunto
Ø Ekonomi
·
Kesempatan kerja di Kecamatan Baringin Kelurahan
Baringin Kota Sawahlunto
·
Tingkat pendapatan penduduk di Kecamatan Baringin
Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto
·
Sarana dan prasarana perekonomian di Kecamatan
Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto
·
Penguasaan SDA
Ø Budaya
·
Adat istiadat di Kota Sawahlunto
·
Agama di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota
Sawahlunto
·
Kehidupan Kelompok organisasi di Kecamatan Baringin
Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana gambaran Demografi di Kecamatan Baringin
Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto ?
2.
Bagaimana tingakat kesejahteraan warga dari segi
ekonomi di Kecamatan Baringin Kelurahan Baringin Kota Sawahlunto ?
3.
Bagimana keharmonisan warga dilihat dari terdapatnya
perbedaan kebudayaan di Kota Sawahlunto dan di Kecamatan Baringin Kelurahan
Baringin Kota Sawahlunto ?
D.
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan tujan darai penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami
bagaimana kehidupan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup di Kota Sawahlunto. Serta
memenuhi kewajiban saya dalam mendapatkan nilai dalam bidang Studi Kependudukan
Dan Lingkungan Hidup.
BAB II
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian
1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Kota Sawahlunto adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota yang
terletak 95 km sebelah timur laut kota Padang ini,
dikelilingi oleh 3 kabupaten di Sumatera
Barat, yaitu kabupaten Tanah Datar, kabupaten Solok, dan kabupaten Sijunjung. Kota Sawahlunto memiliki luas 273,45 km² yang
terdiri dari 4 kecamatan dengan
jumlah penduduk lebih dari 54.000 jiwa. Pada masa pemerintah Hindia-Belanda, kota
Sawalunto dikenal sebagai kota tambang batu bara. Kota ini
sempat mati, setelah penambangan batu bara dihentikan.
Saat ini
kota Sawahlunto berkembang menjadi kota wisata tua yang multi etnik, sehingga
menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia. Di kota
yang didirikan pada tahun 1888 ini, banyak
berdiri bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda. Sebagian
telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh
pemerintah setempat dalam rangka mendorong pariwisata dan mencanangkan
Sawahlunto menjadi "Kota Wisata Tambang yang Berbudaya".
a. Sejarah kota sawahlunto
Nama
Sawahlunto menurut legenda yang ada berasal dari kata "sawah" dan
"lunto". Jauh sebelum kedatangan Belanda, di kawasan
ini terdapat sawah-sawah yang
ditumbuhi oleh pepohonan yang belum
diketahui namanya. Jika ada yang menanyakan nama pohon tersebut, akan dijawab alun
tau yang lama-kelamaan berubah tutur menjadi "lunto", sebutan
dalam bahasa Minangkabau yang berarti "tidak tahu".
Sejarah
dijadikannya Sawahlunto sebagai kota sendiri terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa geolog asal
Belanda ke pedaman
Minangkabau (saat itu dikenal sebagai Dataran Tinggi Padang), sebagaimana yang ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda. Penelitian
pertama dilakukan oleh Ir. C. De Groot van Embden pada tahun 1858, kemudian
dilanjutkan oleh Ir. Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867. Dalam penelitian
De Greve, diketahui bahwa terdapat 200 juta ton batu bara yang
terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin, salah satu
sungai yang ada di
Sawahlunto. Sejak penelitian tersebut diumumkan ke Batavia pada tahun
1870, pemerintah Hindia-Belanda mulai
merencanakan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat memudahkan eksploitasi
batu bara di Sawahlunto. Selanjutnya Sawahlunto juga dijadikan sebagai kota
pada tahun 1888, tepatnya pada tanggal 1 Desember yang
kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto.
.Jumlah
penduduk kota Sawahlunto mengalami penurunan yang sangat tajam sejak merosotnya
produksi batu bara di kota ini
pada tahun 1940, dari
43.576 orang pada tahun 1930 menjadi
13.561 orang pada tahun 1980. Kemudian
secara perlahan, jumlah penduduk kota ini meningkat pada tahun 1990, sejalan dengan kembali pulihnya
produksi batu bara sejak tahun
1980.
Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan
jumlah penduduk kota Sawahlunto mengalami peningkatan, dari sebelumnya 54.310
orang pada tahun 2008 menjadi
56.812 orang. Kecamatan Talawi merupakan kecamatan dengan
penduduk terbanyak, yaitu 17.676 orang atau sekitar 31,11% dari jumlah penduduk
kota Sawahlunto. Kepadatan penduduk kota Sawahlunto pada tahun 2010 adalah 238 orang per km², dimana kecamatan Lembah Segar adalah kecamatan yang paling tinggi
tingkat kepadatan penduduknya yaitu 431 orang per km². Sedangkan rasio jenis
kelamin penduduk kota Sawahlunto adalah 98, yang artinya jumlah penduduk
laki-laki 2% lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan.
Penduduk
kota Sawahlunto saat ini didominasi oleh kelompok etnik Minangkabau dan Jawa. Etnik lain
yang juga menjadi penghuni adalah Tionghoa dan Batak. Sejak dijadikannya Sawahlunto
sebagai kota tambang batu bara atau sejak
didirikannya kota ini pada abad ke-19, pemerintah Hindia-Belanda mulai
mengirim narapidana dari berbagai penjara di Indonesia ke kota
Sawahlunto sebagai pekerja paksa, sehingga sekitar 20.000 narapidana telah
dikapalkan ke Sawahlunto. Pekerja paksa inilah yang dikenal oleh masyarakat
setempat sebagai Orang Rantai.
2. Hasil Penelitian
Adminisrtasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan
penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependuduka melalui
pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan
serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan
sektor-sektor tertentu. Selain itu kita harus tahu apa pengertian penduduk
yaitu warga negara indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
indonesia atau suatu tempat.
Sebelum melakukan penelitian kita harus tahu apa itu
lingkungan hidup, pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya
yang memepengaruhi alam itu sendiri,, kelangsungan prikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Dalam penelitian ini saya akan meneliti tentang :
- Demografi
- Ekonomi
- Budaya
a.
lokasi
Lokasi tempat
saya melkakukan observasi atau penelitian yaitu di kecamatan barangin,
kelurahan saringan di kota sawahlunto, observasi tersebut dilakukan pada hari
sabtu, tanggal 25 mei 2013
b.
prosedur
Adapun prosedur yang dilakukan pada saat pengambilan data
yaitu dengan cara sebagai berikut :
1.
Teknik observasi (pengamatan)
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan
hasil deskripsi secara umum mengenai keadaan atau kondisi lokasi yang diamati
saat penelitian berlangsung.
2.
Teknik interview (wawancara)
Teknik ini
dilakukan untuk mendapatkan data primer maka menggunakan teknik wawancara.
Wawancara yang pelaksanaan nya dilakukan seccara bebas dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan
tebuka dengan nara sumber, yang dalam hal ini adalah masyarakat kota
sawahlunto.
c.
hasil penelitian
Kota sawahlunto
dikenal sebagai kota tambang dengan luas wilayah 27.345 Ha, secara administrasi
terdiri dari 4 kecamatan, 10 kelurahan, dan 27 desa. Jarak dari kota sawahlunto
ke kota padang yaitu 95 km yang dapat dicapai melalui jalan darat dalam kondisi baik dalam waktu
tempuh 2 jam dengna kendraan roda empat, dari luas wilayahya, yang terluas adalah
kecamatan talawi dengan luas 9.939 Ha, disusul dengan kecamatan barangin 8.854
Ha, kecamatan lembah segar 5,528 Ha, dan terkhrir kecamatan silungkang dengan
luas 3.293 Ha.
Berikut ini
hasil observasi dan wawancara dengan narasumber bapak H.mardius dan, ibu
Hj.syafrida, dikacamatan barangin, kelurahan barangin kota sawahlunto,, di
rangkum di bawah ini:
1. DEMOGRAFI
a)
Kecamatan barangin,, kelurahan saringan
mempunyai penduduk ± 600 jiwa, dengan kelompok umru remaja keatas sampai dengan
pensiunan, dikecamatan ini angka kelahiran sedikit sekali oleh karena itu
kecamatan ini di dominasi oleh remaja sampai pensiunan baik itu PNS ataupun
pekerja tambang.
b)
Mata pencarian penduduk di daerah ini
adalah PNS (pegawai negeri sipil) dengan persentase 40% diantaranya 30% masih
aktif sedangkan 10% lagi adalah pensiunan. Selain itu mata pencarian penduduk
kecamatan barangin yaitu 50% dari
pegawai perusahaan tambang dan 10% dari petani cokelat dan karet
c)
Tingkat pendidikan di keccamatan
barangin, kelurahan saringan mayoritas nya dalah tamatan dari sekolah menegah
atas (SMA), tamatan SMA lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan lebih tinggi
tingkat penghasilan nya dibandingkan tamatan sekolah dasar (SD) dan SMP
d)
Dikecamatan barangin,, kelurahan
saringan tingkat kematiannya lebih tinggi dari pada tingkat kelahran bayikarena
banyak masyarakat atau warganya yang pergi merantau dan berkeluarga di sana
atau temat dia marantau tersebut.
e)
Angkatan kerja produktif di kecamatan
barangin, kelurahan saringan ini dimulai dari umur 21 tahun sampai 50 tahun,
dengan syarat profesi keahlian dan senioritas, misalnya di perusahaan tambang
yang mana perkerjaan dilihat dari ijazahnya dan sisem senioritas.
2. EKONOMI
a)
Dalam mendapatkan atau mencari kerja,
kesempatan kerjanya sama jasa, artinya siapapun dapat kesempatan untuk bekerja,
sehingga tingkat pengangguran rendah.
b)
Tingkat pendapatan penduduk dikelurahan
saringan dibagi menurut tingkat pendudukan seperti berikut :
-
SD =Rp
40.000/hari – 1.000.000/bulan
-
SMP – SLTA = Rp 1.750.000/bulan
-
SLTA keatas = lebih tinggi dari ± Rp
2.000.000
c)
Sarana dan prasarana perekonomian
bersifat ulayat atau hak milik seperti perusahaan adalah hak pakai dan wajib
mendapatkan ganti rugi atas apa yang terjadi pada perusahaan tersebut. Ini
berlaku di daerah talawi desa sijantung. Lahan pertanian juga adalah hak pakai.
Aturan hak pakai ini berlaku sama terhadap siapapun baik masyarakat maupun
swasta.
d)
Penguasaan SDA, seperti tambang batu
bara, yang didalamnya dikuasai oleh pribumi namun memiliki tenaga ahli dari
luar negeri yang berdomisili di sawah lunto, perusahaan tambang ini lebih
mengutamakan masyarakat setempat, SDA juga dijadikan tempat wisata oleh
pemerintah kota sawahlunto seperti lubang mbah suro.
e)
Sarana perekomnomian seperti pasar
terletak di silungkang, pasar indrasapan, talawi, kecamatan talawi, dsini juga
ada sarana perbankan seperti BRI, BNI, Bnak nagari, dan BPR mandiri, namun
untuk saat ini Bank BCA belum ada.
3. BUDAYA
a)
Adat istiadat di sawah lunto seperti di
wilayah nagari memakai adat minang yang mempunyai banyak suku. Tapi di sini
juga hidup masyarakat non muslim, jawa dan batak. Namun dengan keanekaragaman
tsb ,asyrakatnya bisa hidup damai serta sejahtera tanpa membeda-bedakan antara
satu sama lain.
b)
Di kelurahan saringan mayorias agama
adalah islam, dan hanya 2 kepalah keluarga beragama kristen, meskipun begitu
tidak pernah ada konflik dan hidup saling mengharga dan toleransi. Tempa ibadah
umat kristen ada dikelurahan pasar remaja.
c)
Di kelurahan saringan ini, kelompok
organisasinya saling mendukung, saling toleransi. Dan hubungan antara masing
masing organisasi berjalan dengan baik, setiap malam minggu diadakan acara
kesenian tradisional mesyarakat di lapangan segitiga dan didanai oleh
pemerintah kota.
0 comments:
Post a Comment